Friday, 15-12-2023 07:55 418
Lingkungan dapat memengaruhi diri seseorang. Sepertinya, pernyataan tersebut memang benar adanya. Belum lama ini, sebuah studi yang dilakukan oleh tim akademisi internasional menyoroti potensi dampak perubahan iklim terhadap fungsi otak kita.
Makalah ini dipimpin oleh Universitas Wina dengan masukan dari universitas di Jenewa, New York, Chicago, Washington, Stanford, Exeter di Inggris dan Max Plank Institute di Berlin.
Dalam makalah yang terbit di Nature Climate Change ini, para peneliti mengeksplorasi perubahan lingkungan, termasuk kejadian cuaca ekstrem dan polusi udara, terhadap struktur dan kemampuan kognitif pada otak.
"Kita telah lama tahu bahwa faktor-faktor di lingkungan dapat menyebabkan perubahan pada otak. Namun, kita baru saja melihat bagaimana perubahan iklim, ancaman global terbesar saat ini, dapat mengubah pemikiran kita," kata Kimberly C. Doell, penulis utama dari Universitas Wina, dikutip dari Science Daily.
Melansir laman Neuroscience News, sejak tahun 1940-an para ilmuwan telah mengetahui perubahan faktor lingkungan terhadap perkembangan dan plastisitas otak.
Melalui penelitian yang dilakukan pada tikus tersebut, peneliti lainnya berusaha melihat efek serupa pada manusia.
Para ahli telah mengamati efek yang tumbuh dalam lingkup kemiskinan dan menemukan adanya gangguan sistem otak termasuk kurangnya stimulasi kognitif, paparan racun, gizi buruk, serta meningkatnya stres pada masa kanak-kanak.
Meskipun tidak sepenuhnya mengejutkan, penelitian ini menyoroti dampak besar lingkungan terhadap otak seseorang.
Kimberly C. Doell bersama rekan-rekannya akhirnya menyerukan eksplorasi dampak otak atas paparan peristiwa cuaca yang lebih ekstrem, seperti gelombang panas, kekeringan, angin topan, kebakaran hutan, dan banjir bandang.
Mereka yakin kejadian-kejadian seperti itu dapat mengubah struktur, fungsi, dan kesehatan otak secara keseluruhan.
Para peneliti juga mengatakan bahwa peristiwa cuaca ekstrem dan polusi juga berpengaruh terhadap kemampuan kognitif dan kesehatan mental.
Penelitian ini menggarisbawahi perlunya penelitian lebih lanjut pada topik serupa, agar mampu memahami bagaimana iklim mempengaruhi kesehatan mental dan perkembangan otak.
"Memahami aktivitas saraf yang relevan dengan motivasi, emosi, dan cakrawala temporal dapat membantu memprediksi perilaku, dan meningkatkan pemahaman kita tentang hambatan mendasar yang mencegah orang berperilaku pro-lingkungan seperti yang mereka inginkan," kata Matthew White, dari Universitas Exeter dan Wina.
Matthew White juga mengatakan bahwa fungsi otak serta perubahan iklim merupakan bidang yang sangat kompleks. Oleh karena itu, pihaknya menekankan dampak perubahan iklim terhadap cara merespons manusia.
"Kita harus mulai melihatnya (iklim dan kondisi otak) sebagai hal yang saling terkait, dan mengambil tindakan untuk melindungi otak kita dari kenyataan perubahan iklim di masa depan," tambah White.
Dengan mengetahui penggunaan otak dalam mengatasi tantangan global dan peristiwa-peristiwa apa yang sudah terjadi, maka manusia dapat mencegah skenario yang lebih buruk. (Yoy)
Sumber : detik.com