Friday, 19-4-2024 10:14 289
Hasil skrining kesehatan jiwa calon dokter spesialis dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) oleh Kementerian Kesehatan RI pada Maret 2024, menunjukkan bahwa ada 2.716 calon dokter spesialis yang mengalami gejala depresi. Bahkan 3 persen diantaranya, mengaku ingin bunuh diri atau melukai diri sendiri.
Skrining depresi dilakukan Kementerian Kesehatan RI pada total 12.121 calon dokter spesialis pada 21, 22 dan 24 Maret 2024, yang dilakukan di 28 rumah sakit vertikal menggunakan kuesioner Patient Health Questionnaire-9 atau PHQ-9.
Angka 2.716 atau 22,4 persen ini datang dari calon dokter yang sedang menempuh berbagai pendidikan spesialisasi, dengan rincian terbanyak ditemukan pada calon dokter spesialis anak 14 persen (381), spesialis penyakit dalam 12.9 persen (350), Anestesiologi 9,1 persen (248), Neurologi 6 persen (164) dan Obgyn 5,6 persen (153).
Sementara, rincian tingkat depresi dari 22,4 persen PPDS yang bergejala yakni : Sebanyak 0,6 persen (75 peserta) di antaranya mengalami gejala depresi berat, 1,5 persen (178 peserta) depresi sedang-berat, 4 persen (486 peserta) depresi sedang dan 16,3 persen (1.977 peserta) dengan gejala depresi ringan.
Bahkan, sekitar 3 persen di antaranya mengaku merasa lebih baik mengakhiri hidup atau ingin melukai diri sendiri dengan berbagai cara, seperti mengutip unggahan Instagram @pandemictalks, Selasa(16/4/2024).
Sedangkan rumah sakit dengan PPDS gejala depresi terbanyak, sesuai laporan Kemenkes RI menunjukkan dari 22,4 persen calon dokter spesialis yang mengalami depresi ditemukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) 614 (22,6 persen), Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) 350 (12,9 persen), RS Sardjito 326 (12 persen), RS Ngoerah 284 (10,5 persen) dan RSUP Wahidin Sudirohusodo 240 (8,8 persen).
Terkait tindak lanjut pada gejala depresi yang ditemukan pada peserta PPDS tersebut, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada, Senin(15/4/2024) telah memerintahkan segera dilakukan penanganan kepada mereka, terutama yang bergejala depresi berat. Penyebab gejala depresi tersebut pun agar perlu diketahui dengan tepat.
”Yang depresi berat kalau tidak ditangani bisa fatal akibatnya, kasihan mereka. Peserta PPDS yang depresi berat tersebut juga harus segera dirawat,” kata Budi Gunadi Sadikin.
Demikiam juga disampaikan Direktur Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI, Azhar Jaya menyampaikan survei yang dilakukan untuk skrining kesehatan jiwa peserta PPDS, diharapkan dapat mendorong proses pendidikan dokter yang lebih baik. Semua aspek pendidikan kedokteran akan ditingkatkan, termasuk kesehatan fisik dan psikis dari peserta PPDS.
”Ke depan bukan hanya PPDS, melainkan juga seluruh karyawan rumah sakit, seperti dokter, perawat dan tenaga penunjang akan kami skrining juga. Semua dalam rangka peningkatan pelayanan,” tuturnya.