Friday, 7-6-2024 20:04 470
Jumlah mesin ATM milik perbankan di Indonesia kian berkurang. Ini tercermin dari Laporan Surveillance Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencatat jaringan kantor bank umum konvensional (BUK) di seluruh Indonesia tersisa 115.539 per triwulan IV-2023, berkurang 4.676 unit.
Jaringan kantor terbanyak masih didominasi oleh terminal perbankan elektronik (ATM/CDM/CRM) sebanyak 91.412 unit. Jumlah itu menyusut 1.417 unit dari setahun sebelumnya 92.829 unit dari tiga bulan sebelumnya.
Lantas, apakah penyebab dari susutnya jumlah mesin yang membantu nasabah menarik dananya itu? Pengamat Perbankan & Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo mengatakan penyebab turunnya jumlah jaringan kantor bank yang utamanya, ATM juga terjadi di negara lain.
Penyebab dari fenomena ini dapat dilihat dari beragam sudut pandang. Di antaranya,"kenyataan bahwa transaksi telah bergeser ke layanan digital (mobile banking dan app) yang mudah digunakan dan mudahj diakses dari beragam tempat pilihan nasabah," kata Arianto saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (5/6/2024).
Selanjutnya, ada biaya investasi dan perawatan mesin ATM relatif tinggi.
Sedangkan dari sudut pandang nasabah, Arianto menyebut ada kebiasaan baru untuk menggunakan mobile banking dan mobile apps untuk transaksi keuangannya.
"Penurunan jumlah mesin ATM di Indonesia merupakan fenomena yang kompleks dengan berbagai faktor yang mendasarinya. Baik dari sudut pandang bank maupun nasabah, terdapat alasan logis dan strategis di balik tren ini," katanya.
Meskipun demikian, Arianto mengatakan penting untuk dicatat bahwa ATM masih tetap menjadi layanan penting bagi banyak nasabah, terutama di daerah yang belum memiliki akses internet yang memadai. Oleh karena itu, ia mengatakan bank perlu terus berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan nasabah, dengan tetap menyediakan layanan ATM yang aman, mudah diakses, dan memenuhi kebutuhan nasabah di era digital ini.
Pada saatnya nanti akan ditemukan kesetimbangan baru atas penhgguna layanan digital penuh, ATM dan gerai cabang fisik," pungkas Arianto.
Senada, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin menyebut penyebab dari fenomena ini adalah efisiensi, digitalisasi, dan perubahan model bisnis.
"Bank lebih efisien, karena ekspansi pindah ke ranah digital, jika makin efisien, makin baik," katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (5/6/2024). (Yoy)
Sumber : CNBC Indonesia