Saturday, 13-7-2024 10:02 491
Bepergian dengan pesawat adalah aktivitas lumrah di era modern kini. Namun, ternyata terbang dengan pesawat berisiko membuat pria menjadi lemah syahwat. Mengapa demikian?
Melansir Daily Star, Jumat (12/7/2024), hal itu disampaikan para ahli kesehatan di Inggris. Mereka memperingatkan bagi pria yang gemar bepergian dengan pesawat terbang yang mungkin berisiko memiliki masalah terhadap kejantanan.
"Terbang, terutama jika dilakukan secara turin, dapat berdampak buruk bagi tubuh kita, entah itu dehidrasi, duduk dalam waktu yang lama, jet lag, atau stres, semua itu dapat menyebabkan masalah ereksi," terang ahli farmasi Chemist Click, Abbas Kanani.
Salah satu penyebab risiko itu adalah karena pelancong terpaksa duduk di kursi dalam waktu yang lama dan menyebabkan hambatan sirkulasi darah.
"Penis terdiri dari dua ruang yang disebut corpora cavernosa, yang membentang di sepanjang organ. Setelah rangsangan seksual, impuls dari otak dan saraf lokal menyebabkan otot-otot corpora cavernosa menjadi rileks, sehingga memungkinkan darah mengalir masuk dan mengisi bilik. Masuknya darah membuat penis mengembang, menyebabkan ereksi," terang Kanani.
Menurut Wales Online, disfungsi ereksi (DE) terkait dengan aliran darah atau kurangnya aliran darah ke area kejantanan saat seharusnya alat tersebut terstimulasi.
Selain itu, terbang jauh melintasi zona waktu tak sekedar mempengaruhi kantung mata, melainkan juga mempengaruhi hormon testosteron.
"Meskipun testosteron, hormon utama yang terkait dengan libido pria, cenderung menurun seiring bertambahnya usia pria, hormon ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan tidur yang buruk," ungkap Kanani.
Ia menambahkan bahwa penurunan testosteron dapat sangat mengganggu saat hubungan intim. Selain itu, kelembaban udara yang rendah di dalam kabin pesawat juga ternyata berpengaruh secara tidak langsung.
"Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, mengurangi volume darah dan mempengaruhi sirkulasi secara keseluruhan yang semuanya berhubungan dengan cara kerja ereksi," katanya.
Terbang juga disebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan khususnya saat pelancong mendapati kejadian tak terduga seperti penerbangan yang ditunda, gagal, terbang, dan masalah lainnya. Stres dari hal itu disebut dapat memicu DE psikogenik atau bentuk impotensi yang disebabkan oleh faktor psikologis.
"Banyak ahli percaya bahwa selama masa stres, aktivitas di bagian otak yang kurang penting, termasuk reseptor yang bertanggung jawab untuk mengelola gairah, mulai berkurang," sambung Kanani.
DE psikogenik yang persisten dapat membuat kecemasan kinerja seksual, atau kondisi yang dipicu oleh rasa takut gagal mencapai ereksi. Pemicu itu dapat mengakibatkan perubahan fisik pada tubuh seperti jantung berdebar-debar, otot menegang, napas cepat, hingga tekanan darah tinggi karena tubuh merespons stres.
"Sebagai respons terhadap situasi yang penuh tekanan, hormon kortisol diproduksi di dalam tubuh yang dapat menekan hormon seks bagi para pelancong, yang mengarah ke libido yang lebih rendah," katanya.
Selain itu, obat anti kecemasan atau obat tidur yang kerap digunakan pelancong saat bepergian juga disebut dapat memiliki efek samping yang berupa disfungsi ereksi. Ia menyarankan pelancong untuk minum banyak air selama dan setelah penerbangan dan kerap melakukan peregangan dan sesekali berjalan di sekitar kabin.
"Anda juga harus secara teratur beranjak dari tempat duduk Anda, melakukan peregangan dan berjalan-jalan di sekitar kabin untuk menjaga sirkulasi darah yang baik. Saat bepergian, Anda harus memastikan bahwa Anda menjaga pola makan yang seimbang dan rutin berolahraga secara teratur serta mencoba mempraktikkan metode pereda stres seperti obat-obatan selama berada di pesawat," sarannya. (Yoy)
Sumber : detikcom