Friday, 30-10-2020 05:42 78
Produsen pesawat Boeing kembali mengumumkan rencana pemangkasan terhadap ribuan pegawainya. Kali ini, Boeing berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 7.000 karyawan.
PHK terpaksa dilakukan karena perusahaan terus mengalami kerugian sejak adanya pandemi virus Corona (COVID-19). Awal tahun lalu, Boeing sebenarnya sudah melakukan PHK kepada 19.000 pekerjanya.
Setelah itu, Boeing beberapa kali melakukan aksi serupa, sehingga dengan tambahan 7.000 orang ini, total pekerja yang di-PHK oleh Boeing hingga awal 2021 mencapai 130.000 pegawai.
Boeing pun buka-bukaan, bahwa aksi PHK kerap terjadi di tubuh perusahaan lantaran tak bisa menghindari kerugian yang juga terus-terusan terjadi. Pada kuartal III-2020, perusahaan membukukan kerugian hingga US$ 754 juta setara Rp 11 triliun (kurs Rp 14.597) karena pendapatan yang juga anjlok hingga US$ 5,8 miliar setara Rp 84,6 triliun.
Sebelum mengumumkan rencana PHK tambahan tersebut, Boeing mengaku sudah menyurati masing-masing karyawannya soal kabar tersebut sejak awal Agustus lalu.
Namun, Boeing enggan membocorkan karyawan di wilayah kerja mana saja yang kena PHK dan belum jelas apakah ini akan menjadi akhir dari aksi PHK Boeing terhadap karyawannya atau malah bakal ada tambahan PHK selanjutnya.
Dibanding dengan laporan keuangan kuartal-kuartal sebelumnya, kerugian Boeing kuartal III masih jauh lebih kecil. Kerugian terparah terjadi di kuartal II-2020 hingga US$ 3,3 miliar dan kuartal I-2020 sebesar US$ 1,7 miliar. Hal ini jadi bukti bahwa perusahaan begitu terpukul oleh pandemi COVID-19 yang melanda industri penerbangan.
"Pandemi global terus menambah tekanan pada bisnis kami pada kuartal ini, dan kami menyelaraskan diri dengan kenyataan baru ini," kata CEO Boeing Dave Calhoun dikutip dari CNN, Kamis (29/10/2020).Sebagaimana diketahui, maskapai di seluruh dunia telah mengerem pesanan pesawat baru karena penurunan tajam dalam perjalanan udara yang disebabkan oleh pandemi. Hal ini merugikan buat Boeing, sebab Boeing mendapatkan sebagian besar pendapatannya dari penjualan pesawat.
Calhoun memperkirakan lalu lintas udara global tidak akan kembali seperti di 2019 setidaknya selama tiga tahun ke depan dan akan membutuhkan beberapa tahun untuk mengejar target pertumbuhan yang telah dipatok sebelum pandemi.
Dampak pandemi pada penjualan pesawat akan berlangsung selama bertahun-tahun yang akan datang. "Dari perspektif 20 tahun ke depan, kami masih melihat dampak COVID-19, tapi lebih kecil," sambungnya. (Yoy)
Sumber : detik.com