Wednesday, 13-3-2024 14:29 814
Kabar duka datang dari pemimpin Majelis Nurul Mustofa, Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, yang meninggal pada 13 Maret di usia 47 tahun. Berita duka ini diumumkan langsung melalui akun Instagram @rabithah_alawiyah.
“Segenap Keluarga Besar Rabithah Alawiyah turut berduka cita atas wafatnya Habib Hasan bin Ja’far bin Umar Assegaf (Pimpinan Majelis Nurul Musthofa) pada hari Rabu, 13 Maret 2024,” ujar @rabithah_alawiyah.
Habib Hasan meninggal dunia di RS Cinere pada pukul 10.30 WIB. Hal ini juga dikonfirmasi langsung oleh salah seorang jemaah pengajian Nurul Mustofa, Ustaz Zulfikar Syatiri.
Namun, siapakah sosok Habib Hasan bin Ja’far Assegaf?
Lahir di Kramat Empang Bogor, Jawa Barat, pada 26 Februari 1977, Habib Hasan bin Ja’far Assegaf menghabiskan masa kecilnya sebagaimana anak-anak pada umumnya.
Semasa kecil, ia telah mempelajari berbagai ilmu agama, seperti mengaji dan mengenal huruf dengan Syaikh Usman Baraja, bahasa Arab dengan Syaikh Abdul Qodir Ba’salamah, ilmu Nahwu dan Shorof, dengan Syaikh Ahmad Bafadhol.
Habib Hasan melanjutkan pendidikannya di IAIN Sunan Ampel Malang. Selama beberapa tahun, pencarian ilmu dan pengalaman yang dilakukan membawa pemahaman yang lebih dalam tentang jati dirinya. Hal ini berkat keberkahan dari para guru dan ulama yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan yang berharga untuknya.
Setelah menuntut ilmu di berbagai tempat, termasuk di kota Malang, Habib Hasan bin Ja’far Assegaf memilih untuk belajar bersama para alim ulama di Jakarta. Di sana, ia menghabiskan waktu bersama para kiyai dan habib untuk mendalami ajaran agama.
Selama satu tahun penuh, beliau hampir tidak pernah meninggalkan rumah kecuali untuk berziarah ke makam kakeknya, Al-Habib Abdullah bin Mukhsin Al-Atthas. Sebagian besar waktunya dihabiskan di dalam kamar untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt, serta mengamalkan ilmu yang telah diterima dari para guru terdahulu. Pada akhirnya, beliau mendapat petunjuk untuk menyebarkan ilmu Allah Swt kepada umat Nabi Muhammad Saw.
Pada 1997, Habib Hasan bin Ja’far Assegaf memulai kegiatan dakwahnya untuk pertama kalinya di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Di sana, dengan izin Allah Swt, Habib Hasan berhasil mendapatkan jama’ah sebanyak lima ratus orang. Namun, ia kemudian kembali ke Bogor karena Umi dari Habib Hasan mengalami sakit yang serius.
Pada 1998, Habib Hasan melanjutkan dakwahnya, kali ini di daerah yang jauh, yakni Timor Timur (yang kini menjadi negara tersendiri terpisah dari Indonesia), terutama di daerah Palu. Dalam kegiatan dakwah ini, Habib Hasan didampingi oleh Al Habib Abubakar bin Hasan Alatas.
Pada 2000, Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, mengutip Berita Satu, mendirikan sebuah majelis yang menjadi sebuah wadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan Rasulullah, yang dinamai Majelis Nurul Musthofa. Nama “Nurul Musthofa” diambil dari gelar Rasulullah Saw yang berarti “cahaya pilihan”. Awalnya, majelis ini dimulai dengan pengajian Al-Qur’an dan zikir-zikir yang diselenggarakan dari rumah ke rumah.
Pada 2001, Majelis Nurul Musthofa mendapat kunjungan istimewa dari Al Habib Umar bin Hafidz dan Al Habib Anis Bin Alwi al-Habsyi. Kedua ulama tersebut memberikan ijazah dan meresmikan nama Majelis Nurul Musthofa.
Pada tahun yang sama, sejarah Rasulullah Saw dikenalkan melalui pembacaan Al-Qur’an, zikir-zikir, dan nasihat agama. Dari awal yang hanya dihadiri oleh 10 orang, majlis ini berkembang pesat menjadi ratusan orang (*) (Yoy)
Sumber : lenteratoday.com