Sunday, 28-6-2020 22:25 108
Tempatnya tak mewah, hanya lapak dengan atap terpal ditopang kayu. Warung Mak Yeye berada di pinggir Jalan Jagir Wonokromo Wetan, Surabaya, Jawa Timur.
Meski hanya lapak sederhana di pinggir jalan, Sego Sambel Iwak Pe Mak Yeye menjadi primadona di Kota Pahlawan. Bahkan, bisa dibilang sudah menjadi ikon makanan khas tengah malam warung kaki lima (PKL) di Surabaya.
Ya, warung Sego Sambel Iwak Pe Mak Yeye, memang buka pada pukul 22.00-04.00 WIB. Meski dengan mata kantuk, para pembeli tetap rela antre.
Iwak pe sendiri, adalah jenis ikan laut yang biasa disebut ikan pari. Iwak pe, lazim dijadikan menu penyetan (sego sambel).
Untuk sambalnya, terbuat dari tomat, cabai, bawang merah, bawang putih, garam, dan terasi.
Sambal buatan Mak Yeye cukup pedas. Untuk menyesuaikan dengan selera pedas kebanyakan orang, sambal ini kemudian ditambah dengan gula pasir cukup banyak. Jika pelanggannya penggemar pedas, dia akan minta sambal yang belum dicampur gula pasir.
Di Surabaya sendiri, jika menyebut makanan penyetan iwak pe, orang langsung menyebut Sego Sambel Iwak Pe Wonokromo atau Iwak Pe Mak Yeye.
Untuk bisa menikmati menu masakan iwak pe Mak Yeye, para pelanggannya harus antre lama, karena pembeli yang bejibun. Meski antre lama, langganan Mak Yeye tak mau kabur. Asal perut kroncongan bisa diganjal dengan masakan iwak pe Mak Yeye, antre lama bukan masalah.
Warung Mak Yeye menyediakan menu tunggal; nasi putih berlauk iwak pe (ikan pari) goreng, tempe goreng dan telur goreng. Bagi yang tidak doyan iwak pe, bisa minta lauk tempe dan telor.
Lalu apa istimewanya? Sambalnya yang luar biasa pedas. Saking pedasnya, jangan heran kalau mendapati pengunjung yang makan sambil ‘menangis’. Sambal Mak Yeye memang spesial. Terbuat dari tomat, bawang merah, bawang putih, garam, terasi, dan cabai yang luar biasa banyak.
Bagi yang tidak suka pedas, bisa minta pada Mak Yeye—nama ini juga dijadikan panggilan bagi Mak Yani—untuk menambahi gula pasir agak banyak. Sambal Mak Yeye adalah gabungan rasa pedas, gurih sekaligus manis.
Warung sederhana persis di belakang DTC Wonokromo itu dirintis oleh Pak Yadi dan Mak Yani tahun 1982. Gabungan nama Yadi dan Yani itulah yang akhirnya dijadikan label sampai sekarang, yakni Yeye.
Menurut pak Yadi, orang bisnis harus berani. Berani hadapi kesulitan termasuk resikonya.
Juga tentu perlu punya modal. Meski tidak harus besar yang penting bagaimana mengelolanya.
Pantang menyerah harus jadi sikap yang utama. Tentu akan banyak kendala dan tantangan dalam usaha. Maka harus pantang menyerah, pungkas pak Yadi. (Yoy)