Thursday, 24-8-2023 19:12 369
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui bahwa saat ini pihaknya sedang membahas wacana pemberian subsidi untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis RON 92 atau Pertamax. Hal ini diupayakan supaya kendaraan bisa beralih penggunaannya menggunakan BBM beroktane tinggi rendah emisi.
Sebagaimana diketahui, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, bahwa faktor utama polusi udara di DKI Jakarta disebabkan oleh kendaraan berbahan bakar tinggi emisi.
"Itu (pemberian subsidi untuk Pertamax) termasuk yang sedang dibahas. Kita lagi bahas, lagi lihat secara teknis maupun secara regulasi dan secara keekonomian karena kan berbeda. Jadi nanti segara akan ada dari Pak Menteri (Arifin Tasrif) tapi kami masih bahas di internal," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana saat ditemui di sela acara pembukaan 41st ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM), Nusa Dua, Bali, Kamis 24/08/2023.
Perihal permasalahan polusi udara Jakarta dan sekitarnya, Dadan mengungkapkan bahwa pihaknya akan mengkaji kendaraan berbasis BBM yang beredar di Jakarta. Dia menyebutkan bahwa BBM yang memiliki oktan tinggi maka akan menghasilkan pembakaran yang lebih rendah emisi.
"Kita akan liat selain PLTU tapi juga BBM. Kan secara teknis makin tinggi angka oktan pembakarannya makin bagus. Kalo pembakaran makin bagus, emisinya akan semakin sedikit," tandasnya.
Wacana pemberian subsidi untuk BBM dengan oktan tinggi di Indonesia sebetulnya sudah dilakukan oleh negara tetangga Tanah Air yakni Malaysia.
Seperti diketahui, Malaysia memberikan subsidi pada Bahan Bakar Minyak (BBM) berkualitas tinggi dengan nilai oktan (RON) 95 atau setara Pertamax Plus yang sempat dijual PT Pertamina (Persero).
Tak ayal, harga BBM berkualitas tinggi di Malaysia tersebut menjadi lebih murah. Bahkan, lebih murah dibandingkan harga BBM non subsidi setara Pertamax (RON 92) di Indonesia.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menyebut, berdasarkan kajiannya, harga BBM dengan RON 95 di Malaysia pada Desember 2022 lalu bahkan dijual pada harga di bawah Rp 10.000 per liter.
Harga BBM tersebut berlaku saat harga minyak berada pada level US$ 75-79 per barel. Ini tentunya lebih murah dibandingkan harga BBM non subsidi, Pertamax (RON 92) yang sebesar Rp 13.900 per liter pada Desember 2022.
Sementara di Indonesia, harga BBM bersubsidi setara Pertalite (RON 90) dibanderol pada harga Rp 10 ribu per liter.
"Harga BBM setara bensin RON 95 di Malaysia di bawah Rp 10.000 per liter pada periode Desember 2022, pada saat rata-rata harga minyak US$ 75 - US$ 79 per barel," bunyi hasil kajian ReforMiner Institute, dikutip Kamis (05/01/2023).
Selain memberikan subsidi pada BBM dengan nilai oktan (RON) 95, Malaysia juga memberikan subsidi pada Solar dengan cetan number (CN) di atas 51 atau hampir setara Pertamina Dex.
Sementara Indonesia memberikan subsidi dan kompensasi pada BBM jenis bensin dengan RON 90 atau setara Pertalite, Solar subsidi (CN 48), dan minyak tanah (kerosene).
Dia menyebut, harga BBM di Malaysia dihitung berdasarkan sistem Automatic Pricing Mechanism (APM). Dengan menggunakan sistem APM itu, harga BBM di Malaysia berubah setiap sepekan sekali, mengikuti harga minyak mentah dan besaran subsidi yang telah ditetapkan pemerintah.
"Harga BBM Malaysia dihitung menggunakan Automatic Pricing Mechanism (APM), berubah setiap minggu mengikuti rata-rata harga minyak dan besaran subsidi yang telah ditetapkan Pemerintah Malaysia," tuturnya. (Yoy)
Sumber : CNBC Indonesia