Gambar App
XSpace Radio
Dapatkan info lengkap disini

Keajaiban Alam Hinggap Di Puncak Ijen Banyuwangi

Sunday, 9-7-2023 11:24 373

Gambar Konten

Ketika terdengar nama Gunung Ijen, tentu yang ada dalam pikiran adalah blue fire atau api biru yang dihasilkan dari aktifitas vulkanik. Kemudian juga ada kawah Ijen yang warnanya hijau toska sangat mempesona. Warna air itu terbentuk dari kandungan asam yang cukup tinggi.

Dua “keajaiban” alam itulah yang menjadi keistimewaan utama dari gunung yang berada di Banyuwangi berbatasan dengan Bondowoso ini. Betapa tidak, blue fire yang dihasilkan adalah satu dari dua blue fire yang ada di dunia ini. Selain di Gunung Ijen di Jawa Timur, Indonesia, satunya lagi ada di negara Islandia. Keistimewaan itu menjadikan Gunung Ijen dinobatkan sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp).

Blue fire Kawah Ijen adalah fenomena alam api berwarna biru yang terjadi karena keluarnya gas vulkanik yang mengandung belerang panas bersuhu 660 derajat celcius yang terbakar saat bersentuhan dengan udara. Fenomena blue fire Ijen ini hanya dapat dilihat pada malam hari.

Sedangkan, kawah Ijen sendiri memiliki kandungan asam tertinggi di dunia. Tingkat  derajat keasaman (pH) air danau ini mendekati nol. Kandungan asam itu mampu melarutkan baju, bahkan kulit dan tubuh manusia dalam waktu sekejap.

Kawah Ijen yang berada di ketinggian 2.443 meter di atas permukaan laut ini berdiameter sekitar 700 meter, luasan mencapai 5.466 hektar, kedalaman danau sekitar 200 meter. Volume danau Kawah Ijen mencapai 36 juta meter kubik, dengan dinding kaldera setinggi 300 hingga 500 meter.

Di kawasan gunung berapi ini terdapat pertambangan belerang, dimana mengindikasikan gunung ini masih aktif dan beraktifitas. Saat berada di kawasan Kawah Ijen, akan ditemukan banyak penambang belerang, mereka membawa tumpukan belerang dengan dipanggul di punggung mereka untuk kemudian dijual. Tak jarang diantara mereka juga ada yang membentuk belerang itu dengan bentuk bentuk unik dan dijual sebagai souvenir pada para mengunjung.

Di bagian barat kawah terdapat sebuah bendungan atau dam yang dibuat pada zaman Belanda untuk menghindari meluapnya air kawah. Bendungan yang sudah tidak difungsikan ini terbuat dari beton dan bisa menjadi salah satu alternatif tempat wisata di Kawah Ijen, namun jalan untuk menuju ke sana sulit untuk dilewati.

Tak hanya itu, Gunung Ijen juga memiliki keistimewaan lainnya yang tak akan kalah dengan daerah lain. Keistimewaan itu adalah pemandangan alam yang cukup menakjubkan. Pemandangan ini terbentuk dari gunung-gunung  yang ada di sekitar gunung Ijen. Di sebelah timur terlihat puncak gunung Merapi, juga di sekitarnya terdapat gunung Suket, gunung Rante, gunung Raung, dan bentang alam lainnya yang megah mengesankan.

Keindahan yang disuguhkan Gunung Ijen ini mampu menarik berbagai wisatawan baik domestic maupun manca negara. Namun, untuk mencapai keindahan tersebut, disatawan harus menempuh perjalanan kaki sekitar 3,4 kilo meter. Medan ini tidak mudah, karena memiliki kemiringan yang cukup lumayan. Tentu, bagi sebagian wisatawan, perjalanan menuju kawah Ijen ini membutuhkan perjuangan yang cukup lumayan, bahkan berat bagi mereka yang tidak hobi naik gunung.

Untuk mendapatkan pemandangan terbaik di kawah Ijen, maka pengunjung harus sudah sampai diatas puncak gunung pada pukul 06.00 hingga 07.00. Dari pengalaman lenteratoday.com yang berkesempatan keindahan alam gunung Ijen bersama awak media lainnya, maka pendakian ke puncak bisa dilakukan mulai pukul 04.00 dari pos Paltuding.

Namun, jika ingin menyaksikan blue fire, maka harus mulai perjalanan sekitar pukul 12.00 malam.  Memang, jarak antara pos Paltuding dengan puncak Gunung Ijen hanya berjarak sekitar 3,4 kilometer, namun dibutuhkan waktu paling tidak 2 jam. Sehingga bisa sampai di puncak gunung sekitar pukul 02.00, sebab blue fire hanya bisa disaksikan saat malam hari. Sayangnya, aktifitas vulkanik sedang meningkat sehingga pendakian baru bisa dimulai pukul 04.00 pagi.

Pendakian yang dilakukan pada Sabtu (8/7/2023) itu diselimuti dengan hujan. Sehingga tidak bisa langsung naik pada pukul 04.00 WIB. Lenteratoday.com bersama awak media dari Pokja Grahadi baru bisa mulai perjalanan sekitar pukul 04.45 WIB, itupun masih dalam kondisi hujan sehingga semua pengunjung harus mengenakan mantel hujan.

Di awal perjalanan dari pos 1, kondisi kemiringan jalan masih belum terlalu, akan tetapi dengan kondisi jalan yang basah, perjalanan menjadi lebih sulit karena licin. Terlebih lagi ketika sudah sampai di pos 3, maka didapati kemiringan jalan yang cukup lumayan, kondisi jalan yang basah pun membuat perjalanan semakin sulit, sehingga dibutuhkan tenaga dan kehati-hatian lebih untuk bisa terus berjalan.

Kondisi kemiringan jalan ini akan terus terjadi dan semakin miring lagi sampai di pos 6. Tingkat kemiringan dan kondisi jalan yang cilin menjadi tantangan tersendiri untuk bisa mencapai puncak. Untungnya, di tengah perjalanan itu, hujan mulai reda sehingga sudah bisa melepas mantel hujan. Meski demikian, sisa sisa hujan masih membasahi jalan. Baru setelah mendekati puncak gunung Ijen, kondisi jalan mulai datar.

Namun demikian, dalam perjalanan yang cukup melelahkan itu, para pengunjung disuguhkan dengan pemandangan alam sangat indah, dengan hamparan gunung-gunung di sekitarnya. Bahkan jika beruntung, bisa bertemu dengan lutung liar yang hidup di daerah tersebut.

Bagitu sampai di puncak gunung Ijen, semua rasa lelah, letih, terbayar tuntas dengan keindahan alam yang disajikan sang pencipta tersebut. Semua dibuat terkagum-kagum, bahkan semakin penasaran untuk meng-explore keindahan itu dengan terus naik ke puncak paling tinggi. Puncak tersebut, bisa memandang puas hamparan kawah Ijen dan juga asal yang mengepul dari aktifitas vulkanik gunung.

Lantas apakah semua pengunjung harus berjalan kaki untuk mendapatkan keindahan surga dunia itu? Nah, bagi pengunjung yang merasa tidak mampu naik, maka ada solusinya yaitu dengan menggunakan jasa angkut yang biasa disebut “Taxy Ijen” atau Trolly Wisatawan. Salah satu wisatawan yang memanfaatkan Taxy Ijen ini adalah wartawan beritajatim.com, Rahardi Soekarno. Awalnya, pria yang memiliki berat badan 120 kilogram ini berniat untuk mendaki dengan berjalan kaki, namun ketika sampai di pos 3, pria yang akrab dengan sapaan Antok ini merasa tidak kuat, sehingga dia memutuskan untuk menggunakan jasa Taxy Ijen. (Yoy)

Sumber : Lenteratoday.com

Berita lainnya